Kamis, November 13, 2008

Proposal Penelitian Skripsi

Judul : Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs Negeri Kadugede

Oleh : Eli Sukri Gozali, S.Pd.
Guru MTs Al-Hidayah Cibentang

A. Latar Belakang Masalah
Di segala lapangan pekerjaan, manusia mencari efisien kerja dengan menetapkan metode yang terbaik untuk mencapai sesuatu tujuan. Sangat janggal, bahwa untuk waktu yang sangat panjang, sekolah telah bertahan memakai satu jenis metode yang dilaksanakan dengan sangat buruk. Untuk segala hal, anak dipaksa mendengarkan ceramah guru, dan menanti giliran untuk diberi tugas (Winarno Surakhmad, 1986:23).
Kita ketahui bersama, bahwa belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaat-kan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran (Djamarah dan Aswan Zain, 2002:1).
Setiap guru selalu mengharapkan agar semua ilmu pengetahuan yang ia ajarkan dapat dimengerti, diterima dan dikuasai, sehingga menjadi milik murid-muridnya. Hal ini akan terlihat dalam sikap dan nilai (misalnya budi pekerti) murid tersebut setelah menerima pelajaran demi pelajaran dari gurunya.
Namun demikian, dalam hal penyampaian tujuan pengajaran saat ini belum semua guru menguasai metode-metode pembelajaran yang selayaknya dikuasai mereka. Seorang guru yang sangat miskin akan metode pencapaian tujuan, yang tidak menguasai berbagai teknik mengajar atau mungkin tidak mengetahui adanya metode-metode itu, akan berusaha mencapai tujuannya dengan jalan-jalan yang tidak wajar, misalnya hanya menggunakan metode mendikte untuk menulis materi pelajaran kepada siswa, dan sengaja “mengkatrol” nilai siswa yang sesungguhnya dibawah rata-rata karena ingin menutupi kekurangannya sebagai guru yang tidak bisa mengajar dengan baik. Hasil pengajaran yang serupa ini selalu menyedihkan guru: guru akan menderita, dan murid pun demikian. Akan timbul masalah disiplin, rendahnya mutu pelajaran, kurangnya minat anak-anak, dan tidak adanya perhatian dan kesungguhan belajar.
Sebaliknya cara mengajar yang beraneka ragam, penggunaan yang didasari oleh pengertian yang mendalam dari pihak guru, akan memperbesar minat belajar murid-murid dan karenanya akan mempertinggi pula hasil pelajaran mereka. Dengan mengajak, merangsang, dan memberikan kesempa-tan pada murid-murid untuk ikut serta mengemukakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, membuat laporan, berdiskusi dan lain-lainnya lagi, berarti membawa anak pada suasana belajar yang se-sungguhnya, dan bukan pada “Suasana diajar” belaka. Dalam lapangan inilah antara lain guru dapat melaksanakan karya yang sangat kreatif. Banyak guru yang memandangnya sebagai tantangan dan memperoleh kegembiraan dan kepuasan dalam menjawab pertanyaan mengenai bagaimana cara sebaik-baiknya mencapai tujuan yang tertentu (Winarno Surakhmad, 1986:24).
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat dijadikan payung reformasi pendidikan nasional di Indonesia untuk mencapai standar mutu Internasional, terutama pasal 3 yaitu:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hari Suderajat, 2003:11).

Akan tetapi, suatu realita sehari-hari kita dapati di dalam suatu ruangan kelas ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, nampak bebe-rapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar. Selama KBM guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum, teori dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari.
Kalau masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, lulusan sebagai generasi penerus bangsa akan sulit bersaing dengan lulusan dari negara-negara lain. Lulusan yang diperlukan tidak sekedar yang mampu mengingat dan memaha-mi informasi tetapi juga yang mampu menerapkan dalam kehidupannya secara proporsional dan kontekstual.
Siswa diharapkan tidak hanya menguasai materi pembelajaran secara teoritis, akan tetapi diharapkan juga dapat mengambil suatu kesan aktivitas edukatif yang diterapkan guru dalam bentuk life skill sesuai dengan minat dan bakatnya. Apabila siswa cenderung lebih berminat dan didorong oleh bakatnya pribadi dalam mengembangkan materi tertentu, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil membentuk karakter dan keterampilan siswa sesuai dengan sifat kealamiahan masing-masing individu.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjinah (1991:38) bahwa:
Setiap siswa mempunyai sifat unik yang berbeda satu sama lain baik secara individual maupun di dalam individu itu sendiri. Secara indivi-dual terdapat perbedaan dasar atau potensi, cita-cita dan harapan antara seseorang dengan orang lain. Demikian juga dalam diri orang individu terdapat perbedaan, misalnya seseorang lebih kuat dan lebih senang belajar ilmu-ilmu eksakta daripada ilmu-ilmu sosial, atau sebaliknya. Untuk meladeni perbedaan-perbedaan, tak cukup dilakukan metode mengajar yang bersifat umum, akan tetapi diperlukan pula suatu metode khusus yang dapat menjembatani semua perbedaan tersebut.

Untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dila-kukan berbagai upaya memperbaiki proses pengajaran. Dalam proses per-baikan proses pengajaran ini peranan guru sangat penting. Oleh karena itu, guru sepatutnya mampu menetapkan strategi yang dipandang dapat membe-lajarkan siswa melalui proses pengajaran yang dilaksanakan, agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara efektif, dan hasil belajar pun diharapkan dapat lebih ditingkatkan.
Penetapan metode pembelajaran hendaknya merupakan hasil dari pertimbangan yang matang. Artinya, guru tidak sembarangan menetapkan suatu metode pembelajaran. Dia harus efektif dan efisien serta sesuai dengan dinamika isi materi yang diajarkan, sesuai pula dengan kemampuan siswa dalam menangkap isi materi apabila metode itu diterapkan.
Menurut Roestiyah (1991:3) dikemukakan bahwa:
Tidak cukup bagi seorang guru untuk semata-mata memperhatikan bahan atau ilmu pengetahuan yang akan diajarkan pada muridnya tanpa mengenal dan menguasai metode-metode mengajar yang harus digunakan di dalam situasi dan tujuan tertentu. Tujuan-tujuan pembelajaran akan tercapai apabila guru mampu mengenal dan menguasai dengan baik sifat-sifat dari setiap teknik penyajian sehingga ia mampu pula mengkombinasikan penggunaan beberapa teknik penyajian tersebut sekaligus untuk mencapai beberapa tujuan yang telah dirumuskannya itu.

Menurut Nurhadi (2003:1) dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yaitu “pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas metode pembelajaran. Kurikulum pendi-dikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan tekno-logi”.
Substansi dari materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sangatlah kompleks dan membutuhkan daya nalar serta analisis dan sintasis yang baik dalam proses pembelajaran. Hal ini tentu dipengaruhi juga oleh jenis metode yang dilakukan oleh guru. Apabila metode mengajarnya cocok, maka tujuan pembelajaran SKI akan tercapai dengan baik dan kompleksitas materi pelajaran tersebut dapat dikuasai siswa sebagai akibat dari proses pembelajaran yang efektif dan efisien itu.
Dengan melihat uraian di atas, sangatlah menarik jika dilakukan pene-litian lebih lanjut dengan mengambil judul “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs Negeri Kadugede”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan membuat Ren-cana Proses Pembelajaran (RPP) sebelum melakukan kegiatan belajar me-ngajar?
2. Apa jenis metode mengajar yang sering digunakan guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam kegiatan belajar mengajar?
3. Jenis metode mengajar apa yang paling berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa?
4. Apa faktor pendorong dan penghambat menggunakan metode mengajar dalam kegiatan belajar mengajar?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Apakah setiap guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan membuat Rencana Proses Pembelajaran (RPP) sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.
2. Untuk mengetahui jenis metode mengajar yang sering digunakan guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Menganalisis Jenis metode mengajar yang paling berpengaruh terha-dap peningkatan prestasi belajar siswa.
4. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat menggunakan metode mengajar dalam kegiatan belajar mengajar.

D. Kerangka Pemikiran
Metode mengajar yang digunakan guru dalam setiap kali pertemuan di kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan instruksional khusus. Jarang sekali guru merumus-kan tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya, gurupun selalu menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Metode menempati posisi penting dalam penyampaian bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar (Djamarah dan Zain, 2002:86).
Karena kedudukan metode itulah, maka akan dilakukan penelitian untuk menganalisis jenis-jenis metode yang sering digunakan oleh guru mata pelaja-ran SKI di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Kadugede. Apakah setiap guru selalu membuat persiapan mengajar sebelum melakukan KBM, metode manakah yang paling efektif dalam meningkatkan hasil prestasi belajar siswa, serta faktor pendorong dan penghambat yang dijumpai dalam menggunakan metode yang telah ditentukan itu, sehingga ditentukan pula alternatif-alternatif pemecahan terhadap kendala-kendala yang dihadapi demi mencapai kegiatan belajar mengajar yang efektif, efisien, dan menyenangkan.

E. Langkah-Langkah Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasi data yang diperoleh melalui
alat pengumpul data (Suharsimi Arikunto, 2002:127).
Yang dimaksud populasi menurut Abdullah Ali (1986:78), bahwa “populasi merupakan suatu kelompok terbesar individu atau kelompok unit yang diselidiki”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1989:102) menyatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Kedua pendapat di atas, ditegaskan pula oleh Mohammad Ali (1987:54) yang menyatakan “populasi ialah objek yang diteliti, baik berupa benda, peristiwa maupun gejala yang terjadi.” Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Kadugede yang berjumlah 360 orang.
Setelah populasi diketahui, maka akan dilakukan penarikan sampel. Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi, untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 1991:107). Sedangkan menurut Abdullah Ali (1986:79) yang dimaksud sampel adalah merupakan bagian populasi yang mewakili seluruh populasi.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 40 orang.
Pengambilan sampel yaitu dengan random sampling atau sampel acak. Sampel acak dilakukan dengan cara mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap sub-jek sama, maka penelitian terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel (Suharsimi Arikunto, 2002 :111).
2. Sumber dan Alat Pengumpul Data
Data diperoleh dengan menggunakan teknik analisis dokumen (content analysis) yang berupa nilai post test, dan program mengajar yang diperoleh dari:
a. Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Kadugede.
b. Guru Mata Pelajaran SKI MTs Negeri Kadugede.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi dari masalah yang diteliti, maka digunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Hal ini merupakan teknik pengumpulan data yang sederhana dan tidak memerlukan keahlian yang luar biasa, sehingga dengan observasi ini bisa langsung memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan objek yang diteliti, yakni observasi (pengamatan langsung) proses kegiatan belajar mengajar guru di kelas.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang sistematis dan face to face (Sari Iman Asy’ari, 1981:87).
Penggunaan teknik wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang data pribadi guru mata pelajaran SKI dan prestasi belajar siswa. Daftar wawancara yang dibuat adalah sebagai data pendukung untuk melengkapi informasi tentang penggunaan jenis-jenis metode mengajar guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kadugede.
c. Angket
Angket adalah suatu teknik dalam penelitian dengan cara mem-bagikan brosur pertanyaan yang tertulis (Winarno Surakhmad, 1978: 240).
Teknik ini dilakukan dengan cara membagikan pertanyaan tertulis kepada guru dan siswa, untuk menilai keadaan siswa yang diteliti.
4. Analisis Data
Dalam analisis data digunakan metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dengan teknik wawancara. Dan data yang diperoleh melalui angket kemudian dianalisis dengan metode statistik melalui prosentase, digunakan rumus penentuan prosentase menggunakan rumus yang dikutip dari Anas Sudirjono (1992:40) sebagai berikut :


Keterangan:
F = Jumlah responden yang menjawab angket dalam bentuk alternatif.
N = Jumlah responden
100 % = Bilangan tetap
P = Jumlah jawaban yang diharapkan
Sedangkan pemaparan terhadap hasil perhitungan prosentase tersebut, digunakan standar yang dikemukakan oleh Wahyudin Syah dan Ahmad Supardi (1984:52), yakni :
a. 100 % = Seluruhnya
b. 90 % - 99 % = Hampir seluruhnya
c. 60 % - 89 % = Sebagian Besar
d. 51 % - 59 % = Lebih Dari Setengahnya
e. 50 % = Setengahnya
f. 40 % - 49 % = Hampir Setengahnya
g. 10 % - 39 % = Sebagian Kecil
h. 1 % - 9 % = Sedikit Sekali
i. 0 % = Tidak ada sama sekali.










DAFTAR PUSTAKA



Aqib, Zainal. 2003. Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru. Yrama Widya: Bandung
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rine-ka Cipta: Jakarta
Djamarah, Syaiful Bahri Dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Ri-neka Cipta: Jakarta
Djayadisastra, Jusuf, et.al . 1991. Pedagogik, Ilmu Mendidik Teoritis. Depdikbud: Bandung
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Grasindo: Jakarta
Djuharie, O. Setiawan. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Yrama Widya: Bandung
Engkoswara. 1991. Metodik dan Didaktik Umum. Depdikbud: Bandung
Hadi, Amirul dan Haryono. 1998. Metodologi Penelitan Pendidikan.Pustaka Setia: Bandung
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum Dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta
M. Subana. 2000. Standarisasi Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung
Mulyana, Tatang & Wahyudin. 1989. Metode Pengajaran Matematika (Jilid 7). Depdikbud: Bandung
Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta
Rasmedi, Ame dan Rosad Lukman. 1991. Metodik Khusus Matematika. Depdi-kbud: Bandung
Roestiyah N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta
Soedjinah. 1990. Praktek Keguruan. Depdikbud: Bandung
Surakhmad, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar: Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Tarsito: Bandung
Wardani, I.G.A.K, et.al. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Dirjen Dikti: Jakarta

Tidak ada komentar: